Pasuruan,pojoktelu.com
Dalam rangka memperingati hari HIV/AIDS sedunia Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangil Kabupaten Pasuruan menggelar penyuluhan dan koordinasi Inovasi ODHALINK. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang Jupiter lantai tiga gedung manajemen RSUD Bangil. Rabu (29/11/23).
Turut hadir dalam kegiatan kali ini Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan dan para pemegang program layanan inisiasi obat Anti Retroviral (ARV) se-Kabupaten Pasuruan.
ODHALINK merupakan inovasi pelayanan milik RSUD Bangil yang sudah diakui ditingkat nasional. Inovasi ini merupakan terobosan untuk mengatasi banyaknya pasien HIV/AIDS yang menutup diri karena malu kondisi kesehatannya diketahui oleh masyarakat.
Dengan adanya inovasi layanan ODHALINK ini diharapkan mampu untuk memberikan kemudahan bagi pasien HIV/AIDS dan secara perlahan akan menghapus stigma negative terhadap ODHA.
Kepala Bidang Keperawatan Kurniatin Rosidah, S.Kep., Ns. mengatakan, kegiatan ini dilakukan untuk memperkuat koordinasi tim sehingga dampak positif adanya inovasi ODHA Link terus meningkat di masyarakat.
Ia menambahkan koordinasi kali ini juga membahas tentang menurunkan angka LFU (Loss Follow Up ) ARV khusus nya di kabupaten Pasuruan ini.
“Harapannya dengan diselenggarakan acara ini, kinerja kita semakin meningkat terutama dalam menangani ODHA” katanya.
Selain itu, acara ini juga menghadirkan narasumber dr. Cameleia Diah S, Sp.PD yang memaparkan materi tentang Sindrom Pemulihan Imun (SPI). Dalam paparannya dr. Camelia menerangkan SPI merupakan suatu perburukan kondisi klinis akibat proses inflamasi terhadap antigen baik hidup atau mati setelah pemberian ARV dan pulihnya system imun. Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang pernah LFU mempunyai resiko tinggi terdiagnosa SPI.
“Meskpiun angka mortalitas yang disebabkan SPI relatif rendah yaitu 4,5%, tetap saja ini menjadi perhatian bagi kita semua” kata dr.camel.
Dr. Camel menegaskan , penderita HIV/AIDS yang mempunyai penyakit bawaan mudah terdiagnosa SPI. Dari data yang terkumpul penyakit bawaan Tuberkulosis (TBC) menjadi factor utama yang mengakibatkan orang terdiagnosa SPI yakni 20-25% dari total penderita HIV/AIDS.
Lebih lanjut, ia menuturkan SPI tergolong menjadi dua macam. Yang pertama, Unmasking yakni SPI yang terjadi jika sebelum pemberian ARV, penyakit infeksi oportunistik tidak ditemukan atau tidak terdiagnosis serta mendapatkan obat yang tepat. Kedua, Paradoxical yakni SPI yang terjadi pada ODHA yang pada saat memulau ARV, IO sudah terdiagnosis dan mendapatkan pengobatan yang tepat.
“Sebagai seorang tenaga kesehatan, kita harus saling mendukung dan meningkatkan kualitas dalam pelayanan kepada masyarakat” tutupnya. (Ony/Hms)