Sidoarjo, pojoktelu.com
Upaya menurunkan angka kasus stunting di Kabupaten Sidoarjo terus dilakukan. Selasa (21/3/2023) Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor meminta kepada seluruh OPD, Tim Penggerak Stunting, hingga Kader Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) maupun Sub PPKBD untuk bekerja lebih keras agar angka stunting di Sidoarjo turun.
Tahun 2022 kasus stunting naik 1,3 persen. Kenaikan angka stunting ini, bukan serta merta tentang angka, tetapi tentang substansi masyarakat di Kabupaten Sidoarjo.
“Kalau angka di pusat turun, angka di Jawa Timur juga turun, yang menjadi aneh malah di Sidoarjo angka stunting naik. Hal ini bukan hanya masalah angka saja, tetapi substansi masyarakat di Sidoarjo yang perlu dirubah,” jelasnya.
Gus Muhdlor menegaskan, untuk itu seluruh tim yang tergabung dari tim percepatan penurunan stunting ini, wajib untuk mengedukasi masyarakat pentingnya hidup bersih dan sehat. Selain itu, fokus pada cara pemetaan dari penilaian penurunan angka stunting ini juga wajib untuk mencapai tujuan yaitu penurunan angka stunting di Kabupaten Sidoarjo.
Gus Muhdlor juga berharap setelah angka stunting ini nantinya turun, maka perlu investasi konsistensi. Sebab, dengan konsisten menjadi hal terbaik yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk masyarakat Sidoarjo.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo, Fenny Apridawati mengatakan beberapa penyebab kejadian prevalensi stunting diantaranya akibat rendahnya konsumsi makanan bergizi seimbang, rendahnya asupan vitamin dan mineral, buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani juga tingginya angka kesakitan ibu dan bayi balita, faktor perilaku ibu terhadap bayi dalam pemberian ASI, juga kualitas air bersih dan air minum sebagai baku pengolahan makanan minuman juga ikut serta berkontribusi terhadap kejadian stunting di suatu wilayah.
“Sehingga hari ini Selasa (21/3) di Pendopo Delta Wibawa kita adakan Bedah Data SSGI Tahun 2022 Upaya Mendukung Percepatan Penurunan Stunting Melalui Verifikasi Sidoarjo ODF Tahun 2023. Kegiatan ini juga mendatangkan narasumber dari Kemenkes RI. Hal ini sebagai upaya serius Kabupaten Sidoarjo untuk mengerjar penurunan angka stunting,” tambahnya.
Selain angka stunting, Dinas juga fokus kepada angka ODF (Open Defecation Free) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan yang masih rendah. Saat ini, angka Desa ODF Kabupaten Sidoarjo terupdate sampai 20 maret 2023 mencapai 57,1 persen atau 201 desa dari total 352 desa yang ada dengan akses kepemilikan jamban di Kabupaten Sidoarjo sudah mencapai 98,77 persen atau hanya kurang 6.470 rumah yang belum punya jamban dari total 527.620 rumah.
Tahun 2023 ini, selain ada SSGI juga ada SKMI (Survei Konsumsi Makanan Individu) yang akan dilaksanakan pada bulan Juni. Untuk itu kita akan bersama-sama membedah hasilnya. Hal ini merupakan upaya Sidoarjo mengejar penurunan angka stunting di tahun 2023.
Sekedar di ketahui, dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 dinyatakan bahwa angka stunting Indonesia turun dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen pada tahun 2022. Demikian pula di Jawa Timur turun dari 23,5 persen pada tahun 2021 menjadi 19,2 persen. Namun menurut hasil SSGI pada Agustus dan September 2022, angka stunting di Kabupaten Sidoarjo mengalami kenaikan, yaitu dari 14,8 persen naik menjadi 16.1 persen. (Ony/dew/ir)